Banjir dan Longsor Terjang Jateng-DIY

Posted on and filed under . You can follow any responses to this entry through theRSS 2.0 . You can leave a response or trackback to this entry from your site

SOLO– Rentetan musibah banjir dan tanah longsor melanda Jawa Tengah dan DIY pada awal tahun ini. Bencana banjir menerjang 12 daerah, sedangkan longsor di lima daerah. Banjir terparah melanda wilayah eks Karesidenan Solo.

Dari tujuh kabupaten/kota di wilayah ini, lima di antaranya terendam banjir yakni Solo, Klaten,Sukoharjo, Sragen,dan Karanganyar. Banjir besar yang terjadi sejak Minggu (1/1) malam akibat luapan air di Sungai Bengawan Solo menyusul hujan deras beberapa jam sebelumnya. Di Jawa Tengah banjir juga melanda Purworejo, Banyumas, Brebes, Kabupaten Semarang.

Banjir yang merendam 15 desa di Brebes bahkan terjadi sudah hampir sepekan. Di DIY banjir kemarin juga merendam sejumlah kawasan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dan Sleman.Banjir di tiga wilayah ini cepat surut. Rentetan bencana banjir di dua provinsi ini tidak sampai merenggut korban jiwa meski puluhan ribu warga harus diungsikan.

(Wilayah-wilayah tergenang banjir selengkapnya lihat info grafis) Di Solo banjir menggenangi 3.684 rumah dengan level ketinggian bervariasi mulai 0,5 meter sampai 1,5 meter. Ribuan rumah tersebut tersebar di 11 kelurahan yakni Jebres, Pucangsawit, Sewu, Gandekan, Mojosongo,Sangkrah,Kedunglumbu, Pasar Kliwon, Semanggi, Joyosuran,dan Joyorakan. Terkait banjir ini,warga di bantaran Sungai Bengawan Solo diminta mewaspadai banjir dalam tujuh hari ke depan.

Dalam sepekan ini Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memberlakukan siaga bencana, menyiapkan logistik, hingga menerjunkan perangkat evakuasi di wilayah merah terdampak banjir. Bencana ini bukan disebabkan dibukanya Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, melainkan limpahan air hujan dari kabupaten di sekitarnya yakni Wonogiri, Boyolali, dan Klaten pada Minggu (1/1).

Ratusan jiwa harus diungsikan akibat rumah mereka tergenang.“Siaga tujuh hari ini.” ”Mengingat curah hujan cukup tinggi yang menimbulkan potensi banjir,”kataWakilWali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo kemarin. Rudy, demikian dia akrab disapa,mengatakan bahwa Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) mencatat level permukaan Sungai Bengawan Solo menyentuh 9,31 meter pada Minggu (1/1) pukul 23.00 WIB.

Pada level ini dipastikan wilayah paling dekat dengan bibir sungai bakal terendam air. Banjir kali ini juga diakibatkan pula oleh kurangnya fasilitas irigasi untuk memompa air. “Infrastruktur dari pemerintah pusat baru dua rumah pompa.Tapi kalau nanti pengoperasiannya dioptimalkan dengan selesainya program relokasi, yang kebanjiran hanya di RW IX Pucangsawit,” ungkap Rudy yang juga masih dalam pengungsian.

Rudy dan keluarganya yang menghuni kawasan bantaran Pucangsawit kemarin memilih mengungsi di gedung serbaguna sebelum akhirnya pindah ke rumah dinasnya di tengah kota. Usman Jiman,53,warga Kelurahan Semanggi, mengatakan, tenda-tenda pengungsian dimungkinkan tetap berdiri dalam beberapa hari mendatang. Lokasi pengungsian berada tepat di atas tanggul yang berdekatan dengan hunian mereka.

“Kalau Klaten dan Boyolali hujan seperti kemarin, pastilah banjir lagi di sini. Kami belum berani pulang,” ucapnya kemarin. Di Klaten banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Dengkeng, anak Sungai Bengawan Solo. Ratusan rumah, sekolah, dan perkantoran terendam air. Daerah terparah adalah Kecamatan Cawas karena terdapat sembilan desa yang terendam banjir di antaranya Desa Cawas, Bawah, Mlese,Tirtonarto, dan Temuwangi dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter.

“Kegiatan belajar mengajar di sejumlah sekolah terpaksa diliburkan.Aktivitas di puskesmas dipindahkan ke kantor kecamatan,” kata Camat Cawas Prihasanto. Banjir mulai merendam pemukiman warga, perkantoran, sekolah, dan puskesmas di Cawas sekitar pukul 06.00 WIB. Sementara banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Sragen sejak Minggu (1/1) malam terus meluas hingga merendam sedikitnya tujuh kecamatan.

Banjir yang juga diakibatkan oleh luapan sejumlah anak Sungai Bengawan Solo tersebut selain merendam ratusan rumah dan sawah warga, juga menggenangi sejumlah bangunan sekolah hingga aktivitas belajar terpaksa diliburkan. Tujuh kecamatan yang terendam banjir tersebut adalah Kecamatan Masaran, Plupuh, Tanon, Sidoharjo, Sragen, Ngrampal, serta Kecamatan Sambungmacan.

Di Kecamatan Sidoharjo banjir merendam ratusan rumah warga di delapan desa yakni Desa Patihan, Tenggak, Pandak, Taraman- Jambanan, Bentak, Jetak, dan Sribit. Banjir di wilayah tersebut disebabkan oleh luapan Sungai Mungkung sejak kemarin dini hari. Di Masaran, banjir terjadi setelah Sungai Grompol meluap hingga masuk ke permukiman warga sejak Minggu (1/1) sore.

Di Desa Sidodadi,selain menggenangi puluhan rumah warga, derasnya luapan Sungai Grompol juga membuat dua bangunan toko milik Junet dan Sudarto,warga setempat, ambrol. Beruntung, saat itu toko dalam keadaan kosong sehingga tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Namun, kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Banjir Brebes Sepekan

Sementara pantauan di lapangan, ketinggian banjir di Kabupaten Brebes yang semula sekitar 1-1,5 meter mulai menyusut. Ketinggiannya sekarang mencapai 30 sentimeter sampai 1 meter.Banjir di 15 desa ini terjadi sejak Rabu (28/12). Sebanyak 65.225 jiwa diungsikan. Di Ungaran Timur,Kabupaten Semarang, banjir kemarin merendam empat rumah dan SD 02 Beji.

Banjir akibat luapan air sungai di Bukit Margi.Banjir ini diduga akibat pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Semarang- Solo seksi II Ungaran-Bawen yang tidak memperhatikan estetika lingkungan.

0 Responses for “ Banjir dan Longsor Terjang Jateng-DIY”

Leave a Reply

Recently Commented

Recent Entries

Photo Gallery

Powered by Blogger.

Popular Posts

Followers

Sitemap