Industri CPO Optimistis-Ekspor Diperkirakan Meningkat meski Dibayangi Krisis
Posted on and filed under Ekonomi dan Bisnis . You can follow any responses to this entry through theRSS 2.0 . You can leave a response or trackback to this entry from your site
JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) tetap
optimistis industri kelapa sawit nasional tahun ini akan tumbuh meski
dibayangi krisis ekonomi di negaranegara tujuan ekspor.
Ketua Bidang Pemasaran Gapki Susanto memperkirakan, ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya bisa mencapai 17,5–18 juta ton pada tahun ini. Dia menjelaskan,ekspor tahun lalu diperkirakan mencapai 16,5 juta ton.Jumlah itu mengalami kenaikan dari 2010 yang mencapai 15,65 juta ton.
“Komposisi ekspor CPO dan produk turunan ada perubahan signifikan. Produk turunan lebih banyak kita ekspor tahun lalu. Perbandingannya, ekspor CPO dan turunannya tahun lalu 56% dan 44%.Tahun ini 48% dan 52%. Itu terjadi terutama setelah penerapan bea keluar,” kata Susanto di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan,krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa berpotensi menurunkan kinerja ekspor CPO dan produk turunannya ke dua wilayah itu.
Ekspor CPO ke Eropa pada tahun lalu 3,5 juta ton,dan diperkirakan stagnan pada tahun ini di angka 3,5–3,6 juta ton.Sedangkan, ekspor ke AS diperkirakan tidak akan meningkat menjadi 80.000–100.000 ton dari 70.000–80.000 ton pada 2011. “Ekspor ke Eropa tahun ini kami perkirakan akan stagnan tapi tidak akan menurun,” ujarnya.
Untuk itu, dia berharap ekspor ke sejumlah negara lain bisa meningkat pada tahun ini. Dia mencontohkan, ekspor ke Pakistan diperkirakan bisa mencapai 800.000 ton. Jumlah itu naik dari realisasi tahun lalu yang sekitar 120.000–130.000 ton. Pelaksanaan perjanjian kerja sama bidang tertentu (preferential trade agreement/ PTA) antara Indonesia dengan Pakistan diharapkan bisa mengatasi semua masalah perdagangan antara kedua negara dan juga membuka pasar.“Tahun 2007 lalu ekspor ke Pakistan sempat tembus 1 juta ton,” ungkapnya.
Kendala
Sementara, Sekjen Gapki Joko Supriyono menjelaskan, produksi CPO pada tahun ini diperkirakan bisa mencapai 25 juta ton, atau mengalami peningkatan dari tahun lalu yang sebesar 23,5 juta ton. Selain itu, hargaCPObisamenyentuhlevel USD1.000–1.200 per ton. Kinerja industri sawit nasional pada 2011 sangat menggembirakan. “Secara market global,demand masih tinggi.
Mudah-mudahan di 2012 kenaikan itu masih bisa kita nikmati,”kata Joko. Untuk itu, lanjut dia,pemerintah bisa membantu para pelaku usaha sawit nasional untuk mengatasi sejumlah kendala. Dia menyebutkan, kendala yang pertama adalah ketidakpastian hukum untuk pengembangan kelapa sawit. Alasannya, kata Joko, investasi industri sawit sangat dipengaruhi oleh kepastian hukum.
Hal itu mengingat nilai investasi di sektor ini sangat besar. Dia mencontohkan masalah tata ruang nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) yang tak kunjung selesai selama tiga tahun terakhir. “Ini main problem (masalah utama). Kami berharap pada 2012 ini hal menyangkut tata ruang, khususnya moratorium, kalau perlu ada revisi atau penambahan peraturan,”ujarnya.
Kendala lain yakni penyelesaian masalah infrastruktur yang hingga saat ini belum ada kemajuan sama sekali. Ditambah lagi, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga belum menunjukkan hasil.“ Terutama wilayah Indonesia timur. Begitu tertekannya harga sawit di wilayah timur karena tidak adanya infrastruktur,” kata Joko.
Masalah perpajakan yakni pajak pertambahan nilai (PPN) atas produk primer tandan buah segar (TBS) untuk perusahaan kelapa sawit yang terintegrasi. PPN TBS selama ini dibebaskan sehingga pajak masukan atas barang-barang faktor produksi tidak bisa dikreditkan dan menjadi biaya. Hal ini menimbulkan pajak berganda pada perusahaan yang terintegrasi. Selain itu, masalah konflik di Mesuji juga dikhawatirkan akan terus terjadi pada tahun ini.
“Seolah-olah, ini kasus sawit. Padahal kasus konflik lahan.Tidak hanya di sawit,tapi di sektor lain seperti properti juga terjadi,”paparnya. Joko mengatakan, keberadaan sawit Indonesia akan semakin disorot sebagai produsen terbesar. “Lalu dikaitkan dengan kerusakan hutan, emisi, dan orang utan. Itu akan jadi topik isu yang dieskalasi pada 2012,” ujarnya.
Dia menambahkan, isu perubahan iklim juga akan meramaikan industri sawit nasional pada tahun ini. Joko juga meminta agar pemerintah bisa lebih serius dalam menanggapi implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai regulasi guna menjamin proses produksi sawit yang berkelanjutan.
“Kita harap, implementasi ISPO segera jadi kenyataan tahun ini.Anggota Gapki terus siapkan diri berkaitan dengan ISPO. Market masih menjanjikan, potensi untuk berkembang tetap ada. Kita bisa mengurangi hambatan dan menghadapi tantangan, ”tandasnya.
Ketua Bidang Pemasaran Gapki Susanto memperkirakan, ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya bisa mencapai 17,5–18 juta ton pada tahun ini. Dia menjelaskan,ekspor tahun lalu diperkirakan mencapai 16,5 juta ton.Jumlah itu mengalami kenaikan dari 2010 yang mencapai 15,65 juta ton.
“Komposisi ekspor CPO dan produk turunan ada perubahan signifikan. Produk turunan lebih banyak kita ekspor tahun lalu. Perbandingannya, ekspor CPO dan turunannya tahun lalu 56% dan 44%.Tahun ini 48% dan 52%. Itu terjadi terutama setelah penerapan bea keluar,” kata Susanto di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan,krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa berpotensi menurunkan kinerja ekspor CPO dan produk turunannya ke dua wilayah itu.
Ekspor CPO ke Eropa pada tahun lalu 3,5 juta ton,dan diperkirakan stagnan pada tahun ini di angka 3,5–3,6 juta ton.Sedangkan, ekspor ke AS diperkirakan tidak akan meningkat menjadi 80.000–100.000 ton dari 70.000–80.000 ton pada 2011. “Ekspor ke Eropa tahun ini kami perkirakan akan stagnan tapi tidak akan menurun,” ujarnya.
Untuk itu, dia berharap ekspor ke sejumlah negara lain bisa meningkat pada tahun ini. Dia mencontohkan, ekspor ke Pakistan diperkirakan bisa mencapai 800.000 ton. Jumlah itu naik dari realisasi tahun lalu yang sekitar 120.000–130.000 ton. Pelaksanaan perjanjian kerja sama bidang tertentu (preferential trade agreement/ PTA) antara Indonesia dengan Pakistan diharapkan bisa mengatasi semua masalah perdagangan antara kedua negara dan juga membuka pasar.“Tahun 2007 lalu ekspor ke Pakistan sempat tembus 1 juta ton,” ungkapnya.
Kendala
Sementara, Sekjen Gapki Joko Supriyono menjelaskan, produksi CPO pada tahun ini diperkirakan bisa mencapai 25 juta ton, atau mengalami peningkatan dari tahun lalu yang sebesar 23,5 juta ton. Selain itu, hargaCPObisamenyentuhlevel USD1.000–1.200 per ton. Kinerja industri sawit nasional pada 2011 sangat menggembirakan. “Secara market global,demand masih tinggi.
Mudah-mudahan di 2012 kenaikan itu masih bisa kita nikmati,”kata Joko. Untuk itu, lanjut dia,pemerintah bisa membantu para pelaku usaha sawit nasional untuk mengatasi sejumlah kendala. Dia menyebutkan, kendala yang pertama adalah ketidakpastian hukum untuk pengembangan kelapa sawit. Alasannya, kata Joko, investasi industri sawit sangat dipengaruhi oleh kepastian hukum.
Hal itu mengingat nilai investasi di sektor ini sangat besar. Dia mencontohkan masalah tata ruang nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) yang tak kunjung selesai selama tiga tahun terakhir. “Ini main problem (masalah utama). Kami berharap pada 2012 ini hal menyangkut tata ruang, khususnya moratorium, kalau perlu ada revisi atau penambahan peraturan,”ujarnya.
Kendala lain yakni penyelesaian masalah infrastruktur yang hingga saat ini belum ada kemajuan sama sekali. Ditambah lagi, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga belum menunjukkan hasil.“ Terutama wilayah Indonesia timur. Begitu tertekannya harga sawit di wilayah timur karena tidak adanya infrastruktur,” kata Joko.
Masalah perpajakan yakni pajak pertambahan nilai (PPN) atas produk primer tandan buah segar (TBS) untuk perusahaan kelapa sawit yang terintegrasi. PPN TBS selama ini dibebaskan sehingga pajak masukan atas barang-barang faktor produksi tidak bisa dikreditkan dan menjadi biaya. Hal ini menimbulkan pajak berganda pada perusahaan yang terintegrasi. Selain itu, masalah konflik di Mesuji juga dikhawatirkan akan terus terjadi pada tahun ini.
“Seolah-olah, ini kasus sawit. Padahal kasus konflik lahan.Tidak hanya di sawit,tapi di sektor lain seperti properti juga terjadi,”paparnya. Joko mengatakan, keberadaan sawit Indonesia akan semakin disorot sebagai produsen terbesar. “Lalu dikaitkan dengan kerusakan hutan, emisi, dan orang utan. Itu akan jadi topik isu yang dieskalasi pada 2012,” ujarnya.
Dia menambahkan, isu perubahan iklim juga akan meramaikan industri sawit nasional pada tahun ini. Joko juga meminta agar pemerintah bisa lebih serius dalam menanggapi implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai regulasi guna menjamin proses produksi sawit yang berkelanjutan.
“Kita harap, implementasi ISPO segera jadi kenyataan tahun ini.Anggota Gapki terus siapkan diri berkaitan dengan ISPO. Market masih menjanjikan, potensi untuk berkembang tetap ada. Kita bisa mengurangi hambatan dan menghadapi tantangan, ”tandasnya.
0 Responses for “ Industri CPO Optimistis-Ekspor Diperkirakan Meningkat meski Dibayangi Krisis”
Leave a Reply

Recently Commented
Recent Entries
Photo Gallery

Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Pemimpin baru Korut Kim Jong-un (tengah, barisan depan) berpose bersama para tentara di Divisi Tank Seoul Ryu Kyong Su 105. Meski peralat...
-
JAKARTA – Pemerintah akan melakukan pembinaan menyeluruh terhadap pelaku usaha ekonomi kreatif guna meningkatkan nilai tambah di sektor t...
-
WASHINGTON— Amerika Serikat (AS) mulai memfokuskan strategi pertahanannya di Asia pada tahun ini. Strategi yang diungkapkan Presiden Barack ...