APBN-P 2011-Realisasi Defisit di Bawah Target
Posted on and filed under Ekonomi dan Bisnis . You can follow any responses to this entry through theRSS 2.0 . You can leave a response or trackback to this entry from your site
JAKARTA – Realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2011 jauh di bawah target pemerintah.Defisit anggaran
hanya 1,27% dari target yang ditetapkan sebesar 1,7%.
Rendahnya realisasi defisit anggaran ini disebabkan realisasi penyerapan anggaran yang tidak maksimal. Realisasi penyerapan anggaran belanja negara hanya sebesar Rp1.289,6 triliun atau 97,6% dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.320,8 triliun. Hal ini berbanding terbalikdenganrealisasipenerimaan negara yang jauh di atas pagu anggaran.Realisasi penerimaan negara mencapai Rp1.999,5 triiun atau 102,5% dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.169,9 triliun.
Pengamat Ekonomi Universitas Atmajaya A Prasetyantoko menilai, rendahnya realisasi defisit tidak mengherankan jika melihat proses pencairan anggaran yang rendah mulai triwulan I-III. “Kemampuan birokrasi untuk merealisasikan anggaran masih kurang maksimal karena adanya aturanaturan birokrasi yang menghambat,” ungkap Prasetyantoko di Jakarta,kemarin.
Dia mencontohkan, salah satu yang menjadi faktor penghambat realisasi anggaran adalah proses pengadaan (procurement) barang dan jasa yang rumit sehingga membuat proses pencairan anggaran tertunda. Dia menyarankan agar prosedur pengadaan barang diperbaiki di tahun ini. Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam menambahkan, jika penyerapan anggaran rendah dan target defisit anggaran yang terus meleset dari perkiraan,ada potensi pertumbuhan ekonomi yang berkurang.
Menurut dia, anggaran negara menjadi salah satu stimulus yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi.Jika peran APBN tidak maksimal, laju pertumbuhan juga kurang maksimal. Lebih lanjut Latif menyebutkan, jika penyerapan anggaran maksimal dan defisit bisa sesuai target, peluang pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih tinggi dari 6,5% sangat terbuka. “Karena masalah lambatnya penyerapan anggaran, pertumbuhan ekonomi riil selalu menjauh dari tingkat ekonomi potensialnya,” tegasnya.
Rendahnya defisit anggaran otomatis mendorong saldo anggaran lebih (SAL) semakin membesar. Rencananya, pemerintah akan mengalokasikan sisa anggaran ini ke belanja infrastruktur. Prasetyantoko pun menilai rencana alokasi SAL untuk kebutuhan infrastruktur cukup baik.“Sebab, kita masih butuh banyak dana untuk pembangunan infrastruktur,” tambah Prasetyantoko. Terlebih, belanja infrastruktur bisa menjadi stimulus dari pemerintah kepada masyarakat sehingga bisa memperluas lapangan kerja.
Rendahnya realisasi defisit anggaran ini disebabkan realisasi penyerapan anggaran yang tidak maksimal. Realisasi penyerapan anggaran belanja negara hanya sebesar Rp1.289,6 triliun atau 97,6% dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.320,8 triliun. Hal ini berbanding terbalikdenganrealisasipenerimaan negara yang jauh di atas pagu anggaran.Realisasi penerimaan negara mencapai Rp1.999,5 triiun atau 102,5% dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.169,9 triliun.
Pengamat Ekonomi Universitas Atmajaya A Prasetyantoko menilai, rendahnya realisasi defisit tidak mengherankan jika melihat proses pencairan anggaran yang rendah mulai triwulan I-III. “Kemampuan birokrasi untuk merealisasikan anggaran masih kurang maksimal karena adanya aturanaturan birokrasi yang menghambat,” ungkap Prasetyantoko di Jakarta,kemarin.
Dia mencontohkan, salah satu yang menjadi faktor penghambat realisasi anggaran adalah proses pengadaan (procurement) barang dan jasa yang rumit sehingga membuat proses pencairan anggaran tertunda. Dia menyarankan agar prosedur pengadaan barang diperbaiki di tahun ini. Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam menambahkan, jika penyerapan anggaran rendah dan target defisit anggaran yang terus meleset dari perkiraan,ada potensi pertumbuhan ekonomi yang berkurang.
Menurut dia, anggaran negara menjadi salah satu stimulus yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi.Jika peran APBN tidak maksimal, laju pertumbuhan juga kurang maksimal. Lebih lanjut Latif menyebutkan, jika penyerapan anggaran maksimal dan defisit bisa sesuai target, peluang pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih tinggi dari 6,5% sangat terbuka. “Karena masalah lambatnya penyerapan anggaran, pertumbuhan ekonomi riil selalu menjauh dari tingkat ekonomi potensialnya,” tegasnya.
Rendahnya defisit anggaran otomatis mendorong saldo anggaran lebih (SAL) semakin membesar. Rencananya, pemerintah akan mengalokasikan sisa anggaran ini ke belanja infrastruktur. Prasetyantoko pun menilai rencana alokasi SAL untuk kebutuhan infrastruktur cukup baik.“Sebab, kita masih butuh banyak dana untuk pembangunan infrastruktur,” tambah Prasetyantoko. Terlebih, belanja infrastruktur bisa menjadi stimulus dari pemerintah kepada masyarakat sehingga bisa memperluas lapangan kerja.
0 Responses for “ APBN-P 2011-Realisasi Defisit di Bawah Target”
Leave a Reply

Recently Commented
Recent Entries
Photo Gallery

Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Pemimpin baru Korut Kim Jong-un (tengah, barisan depan) berpose bersama para tentara di Divisi Tank Seoul Ryu Kyong Su 105. Meski peralat...
-
JAKARTA – Pemerintah akan melakukan pembinaan menyeluruh terhadap pelaku usaha ekonomi kreatif guna meningkatkan nilai tambah di sektor t...
-
WASHINGTON— Amerika Serikat (AS) mulai memfokuskan strategi pertahanannya di Asia pada tahun ini. Strategi yang diungkapkan Presiden Barack ...